Tom Liwafa Soroti Strategi Pariwisata dan Kolaborasi Garuda dengan Pokémon
Saleh Daulay: Industri Harus Maju untuk Serap Tenaga Kerja dan Dorong Ekspor
Fraksipan.com-Komisi VII DPR RI melakukan kunjungan kerja spesifik ke pabrik produsen biskuit PT Mondelez Indonesia Manufacturing di kawasan industri Jababeka VII, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (21/11/2024). Kunjungan ini bertujuan memperkuat pengawasan, mendengar masukan dari pelaku industri, serta membahas strategi pengembangan sektor industri dan UMKM.
Dalam agenda kunjungan ini, 15 anggota Komisi VII, termasuk unsur pimpinan, memulai kegiatan dengan diskusi bersama pihak manajemen Mondelez dan kementerian terkait. Setelah itu, rombongan mengunjungi lokasi produksi untuk melihat langsung proses pembuatan biskuit di pabrik tersebut.
“Sudah menjadi fungsi kita, pengawasan penggunaan APBN, implementasi undang-undang dan regulasi, juga agar masyarakat dapat terakomodir makanya kita diskusikan,” ujar Ketua Komisi VII DPR RI, Saleh Daulay.
Saleh menegaskan pentingnya mendukung sektor industri dan UMKM agar mampu bersaing di pasar global. Ia juga mengapresiasi kiprah Mondelez sebagai salah satu perusahaan Indonesia yang telah diakui secara internasional.
“Tantangan ke depan adalah menciptakan perusahaan yang semakin maju sehingga mampu menampung lebih banyak tenaga kerja, khususnya generasi muda di tengah bonus demografi yang kita miliki,” tambahnya.
Dalam diskusi, Komisi VII juga mendalami kisah sukses Mondelez sekaligus mendengar kendala yang dihadapi perusahaan. Hal ini diharapkan menjadi masukan dalam perencanaan perubahan undang-undang perindustrian.
“Kami ingin dengar success story perusahaan ini, kami juga ingin mendengar apa kendala yang dialami perusahaan. Kasih tahu ke kami, nanti kami periksa. Mudah-mudahan bisa jadi referensi kami untuk kebijakan ke depan,” katanya.
Direktur Mondelez Indonesia Plant Cikarang, Zaenal Abidin, menjelaskan bahwa nama “Mondelez” berasal dari penggabungan kata “monde” yang berarti dunia dan “lez” yang berarti lezat, menggambarkan misi perusahaan untuk “melezatkan dunia.”
Didirikan sejak 1996 di atas lahan seluas 43.000 meter persegi, pabrik ini telah menjadi bagian dari jaringan Mondelez International yang memiliki lebih dari 100 pabrik di seluruh dunia. Dengan aset senilai Rp2,7 triliun, pabrik ini mampu memproduksi hingga 300.000 ton biskuit per tahun, termasuk merek Oreo, dengan target produksi 86.000 ton di akhir 2024.
“Kami terus tumbuh berkat dukungan Kemenperin baik dari segi perizinan maupun fasilitas. Sebanyak 70 persen produksi kami diekspor ke 39 negara, termasuk Asia Tenggara, Jepang, dan Australia,” jelas Zaenal.
Dukungan Pemerintah untuk Industri Makanan
Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kementerian Perindustrian RI, Dyan Garneta Paramita, menyebutkan bahwa kehadiran Mondelez turut meningkatkan daya saing industri makanan Indonesia di pasar internasional.
“Kehadiran Mondelez membantu produksi yang diterima dunia. Meski bahan baku seperti gandum masih diimpor, kita mendukung proses produksi melalui pemenuhan standar nasional,” katanya.
Dyan juga mengungkapkan bahwa pemerintah mendukung keberlanjutan bahan baku cokelat dengan mengembangkan pusat penelitian kakao di Pasuruan, Jawa Timur, untuk mengatasi penurunan produksi kakao lokal.
“Kita pernah berjaya produksi kakao, tapi tiga-empat tahun terakhir menurun. Untuk menjaga keberlanjutan, kita juga mengimpor kakao,” jelasnya.
Kunjungan ini diharapkan dapat menjadi langkah strategis dalam mendukung industri dan UMKM agar semakin maju dan berdaya saing global.
[MS]