Arisal Aziz Soroti Kasus Mutilasi Remaja di Padang Pariaman: Saatnya Bangkitkan Lagi Kontrol Sosial dan Peran Adat

Fraksipan.com – Tragedi pembunuhan disertai mutilasi terhadap dua gadis remaja di Kabupaten Padang Pariaman mengguncang Sumatra Barat dan menyisakan luka mendalam bagi masyarakat. Anggota Komisi XIII DPR RI dari Fraksi PAN, H. Arisal Aziz, menyampaikan keprihatinan mendalam sekaligus menyerukan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap peran sosial, keluarga, dan budaya di lingkungan masyarakat.
“Sanksi hukum tentu wajib ditegakkan secara maksimal terhadap pelaku. Tapi ada yang jauh lebih penting, yakni menghidupkan kembali kontrol sosial di tengah masyarakat kita,” tegas Arisal dalam pernyataan tertulisnya, Kamis (20/06/2025).
Arisal, yang akrab disapa Josal, menilai lemahnya pengawasan lingkungan dan berkurangnya perhatian terhadap perilaku generasi muda menjadi faktor yang membuka ruang bagi tindakan kejahatan brutal seperti ini. Ia menekankan pentingnya membangun kembali sistem kontrol sosial yang telah lama menjadi kearifan lokal di ranah Minang.
Ia secara khusus menyoroti menurunnya peran niniak mamak—tokoh adat dalam masyarakat Minangkabau—yang seharusnya menjadi penjaga moral dan pembimbing generasi muda. Menurutnya, modernisasi yang tidak terarah telah mengikis nilai-nilai adat dan memperlemah pengaruh tokoh adat di tengah masyarakat.
“Peran niniak mamak dalam mengayomi dan membimbing generasi muda mutlak harus diperkuat. Jangan sampai kita kehilangan nilai-nilai adat hanya karena terlalu larut dengan perkembangan modern yang tak terarah,” ujarnya.
Lebih jauh, Arisal juga mendorong Kerapatan Adat Nagari (KAN) dan Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) untuk lebih aktif dan konkret dalam menjalankan fungsi edukatif. Ia mengingatkan bahwa arus informasi yang cepat di era digital dapat menyesatkan generasi muda jika tak dibarengi dengan pembinaan karakter yang kuat.
“LKAAM dan KAN jangan hanya seremonial. Harus ada langkah nyata untuk mengedukasi dan membina generasi muda agar tidak terjerumus ke tindakan kriminal seperti ini,” katanya.
Politisi asal Sumatra Barat ini juga menekankan pentingnya peran Bundo Kanduang, tokoh perempuan dalam adat Minangkabau, dalam membentuk karakter anak sejak dini. Menurutnya, peran ibu adalah fondasi utama dalam pendidikan moral dan sosial di rumah.
“Bundo Kanduang adalah benteng awal pembentukan karakter. Kalau benteng ini roboh, maka akan lahir generasi yang kehilangan arah dan bisa melakukan hal-hal yang tidak manusiawi,” tutur Arisal.
Terkait penanganan kasus, Arisal mengapresiasi langkah cepat aparat penegak hukum dalam mengungkap pelaku kejahatan. Meski begitu, ia menilai trauma sosial di masyarakat belum sepenuhnya pulih.
“Ini kasus berat, tapi saya apresiasi langkah cepat kepolisian dalam membongkar kasus ini. Mudah-mudahan proses hukumnya berjalan dengan adil dan memberi rasa keadilan bagi keluarga korban,” ungkapnya.
Arisal menutup pernyataannya dengan dorongan agar pendekatan preventif diperkuat. Menurutnya, pencegahan jauh lebih penting dan harus dimulai dari keluarga, lingkungan, hingga peran aktif lembaga adat dan pemerintah.
“Kita tidak bisa hanya reaktif setelah kejadian. Harus ada sistem pencegahan yang kuat, dan itu dimulai dari keluarga, lingkungan, hingga lembaga adat dan pemerintahan,” pungkasnya.
Tragedi ini, tegas Arisal, seharusnya menjadi momentum refleksi bersama untuk menata ulang sistem nilai sosial dan budaya dalam membina generasi yang beradab, bermoral, dan tangguh menghadapi tantangan zaman.