Surya Utama Dorong Optimalisasi Program School to Work Transition untuk Hadapi Tantangan Bonus Demografi dan Disrupsi Teknologi

Surya Utama (Uya Kuya) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PAN
Fraksipan.com — Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PAN, Surya Utama, mendorong pemerintah untuk mengoptimalkan program School to Work Transition guna mengatasi tingginya angka pengangguran dan memanfaatkan bonus demografi Indonesia secara maksimal. Hal ini disampaikan dalam Rapat Kerja Komisi IX DPR RI bersama Menteri Ketenagakerjaan di Gedung DPR, Senin (5/5).
Menurut Surya Utama, Indonesia memiliki peluang besar dengan proyeksi lebih dari 68 persen penduduk usia produktif pada tahun 2030. Namun, peluang ini bisa berubah menjadi beban jika tidak diikuti dengan strategi pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang sesuai dengan arah pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan pasar kerja.
“Masalah kita hari ini bukan hanya soal jumlah tenaga kerja, tetapi soal mismatch skill antara lulusan dan kebutuhan industri,” ujarnya. Ia menilai program School to Work Transition bisa menjadi solusi strategis, asalkan disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan minat generasi muda.
Surya mencontohkan perubahan dunia kerja yang kini semakin digital, dari ojek pangkalan menjadi ojek online, toko fisik bergeser ke e-commerce, hingga munculnya digital bank yang mengurangi kebutuhan tenaga teller. Oleh karena itu, ia mendorong agar program vokasi diarahkan pada keterampilan masa depan, seperti artificial intelligence, digital marketing, desain grafis, hingga kewirausahaan berbasis digital.
“Daripada anak-anak muda kita jadi netizen pasif, lebih baik mereka kita arahkan untuk jadi content creator, digital marketer, atau punya fashion brand sendiri. Itu bisa dilatih lewat balai vokasi,” tegasnya.
Selain itu, ia menekankan pentingnya koordinasi antara Kementerian Ketenagakerjaan dengan kementerian dan lembaga lainnya, khususnya untuk memberikan akses permodalan seperti kredit mikro dengan bunga ringan bagi lulusan vokasi yang ingin berwirausaha.
Surya juga menyinggung potensi kerja sama luar negeri seperti program Triple Win untuk pengiriman perawat ke Jerman dan kerja sama terbaru dengan Amerika Serikat. Namun, ia menilai program-program tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, antara lain karena kurangnya pelatihan bahasa asing sejak dini.
“Kita punya peluang besar ekspor tenaga kerja terampil ke negara maju, tapi harus disiapkan dari sekarang, dari SMK, dari balai vokasi. Mulai dari kurikulum, bahasa asing, sampai link and match dengan kebutuhan luar negeri,” tutupnya.